Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio Caesarea (SC)
MOBILISASI POST SC
A.
DEFINISI.
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup
sehat, dan penting untuk kemandirian. (Barbara Kozier,2000)
Keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak
atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam
berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
(Susan J. Garrison.2004)
Mobilisasi
di bagi menjadi 2 macam yaitu :
1.
Mobilisasi
secara pasif yaitu mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
2.
Mobilisasi aktif
yaitu dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan orang lain. (Priharjo.2000)
Sectio caesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus. (Sarwono.2005)
Sectio caesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam lahir. (Mochtar.2002)
Mobilisasi post SC
adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah
beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi
post SC ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh
karena setelah mengalami sectio caesarea, seorang ibu disarankan tidak males
untuk bergerak pasca operasi seksio caesarea, ibu harus mobilisasi cepat.
Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan
secara hati – hati.
Mobilisasi dini dapat
dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi sectio
caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya.
Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan
jari – jarinya agar kerja organ penceranaan segera kembali normal.
B.
Tujuan
Mobilisasi.
Tujuan
dari mobilisasi adalah untuk :
1.
Mempertahankan
fungsi tubuh.
2.
Memperlancar
peredaran darah.
3.
Membantu
pernafasan menjadi lebih baik.
4.
Mempertahankan
tonus otot.
5.
Memperlancar
eliminasi alvi dan urine.
6.
Mengembalikan
aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.
7.
Memberikan
kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup sehari –
hari dan aktivitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari
trauma), mempertahankan konsep diri, mengeksspresikan emosi dengan gerakan
tangan non verbal.
C.
Manfaat
Mobilisasi Bagi Ibu Post SC.
1.
Penderita merasa
lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
a)
Dengan bergerak,
otot – otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya
menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa
sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
b)
Faal usus dan
kandung kencing lebih baik.
c)
Dengan bergerak
akan merangsang peristaltik usus kembali normal.
d)
Aktivitas ini
juga membantu mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula.
2.
Mobilisasi dini
memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan
yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan
cepat.
3.
Mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Dengan
mobilisasi sirkulasi darah normal / lancar sehingga resiko terjadinya trombosis
dan tromboemboli dapat dihindarkan.
D.
Kerugian Bila
Tidak Melakukan Mobilisasi.
1.
Peningkatan suhu
tubuh.
Karena
adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
2.
Perdarahan yang
abnormal.
Dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3.
Involusi uterus
yang tidak baik.
Tidak
dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa
plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.
E.
Rentang Gerak
Dalam Mobilisasi.
Menurut
Capernito dalam mobilisasi terdapat 3 rentang gerak yaitu :
1.
Rentang gerak
pasif.
Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot – otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
2.
Rentang gerak
aktif.
Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot – ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
3.
Rentang gerak
fungsional.
Berguna
untuk memperkuat otot – otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang
diperlukan.
F.
Latihan
Mobilisasi.
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas
yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur
(latihan pernafasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai
dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan
berjalan ke luar kamar. (Brunner & Suddarth.2000)]
Mobilisasi
ini di lakukan secara bertahap (Kasdu.2003) tahap – tahap mobilisasi dini pada
ibu post operasi SC :
1.
6 jam pertama
ibu post SC istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta di menekuk dan menggeser kaki.
2.
6 – 10 jam ibu
diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan
tromboemboli.
3.
Setelah 24 jam
ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
4.
Setelah ibu
dapat duduk. Dianjurkan ibu belajar berjalan.
Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga
juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ – organ
vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka. Menggerakkan
badan atau melatih kembali otot – otot dan sendi pasca operasi disisi lain akan
memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang
tentu saja berpengaruh terhadap masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui
penelitian – penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam
setelah pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau atau anggota gerak tubuh
dapat digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional.
Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur
dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot – otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga
menggerakkkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pada 12 sampai 24
jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan duduk,
baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk diatas tempat tidur
dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak –
gerakkan. Di hari kedua pasca operasi, rata – rata untuk pasien yang dirawat
dikamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya
memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar,
misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang
tetap terjaga.
Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri trauma di sekitar
luka oprasi terutama disekitar luka operasi,
bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh, seperti
infus, cateter, pipa nasgostrik (NGT), drainage tube,kabel monitor dan lain –
lain, perangkat ini pastilah berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani.
Namun paling tidak dokter bedah akan meninstruksikan susternya untuk membuka
atau melepas perangkat itu tahap demi tahap seiring dengan perhitungan masa
mobilisasi ini.
Pelaksanaan mobilisasi dini :
1.
Hari ke 1 :
a.
Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat
dimulai sejak 6 – 10 jam setelah penderita / ibu sadar.
b.
Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil
tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2.
Hari ke 2 :
a.
Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas
dalam – dalam lalu menghembuskannya disertai batuk – batuk kecil yang guanya
untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri
ibu / penderita bahwa ia mulai pulih.
b.
Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi
setengah duduk.
c.
Selanjutnya secara berturut – turut, hari demi
hari penderita / ibu yang sudah melahirkan dianjuran duduk selama sehari.
3.
Hari ke 3 :
a.
Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada
hari setelah operasi.
b.
Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta
diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.
Komentar
Posting Komentar