Asuhan Keperawatan Diare

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
      ( Carpenito,2000 )
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus segera ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian. ( Nursalam,2001 )
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.( Setiadi,2007 )
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi jumlah penderita gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas. Dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan anak dengan judul gastroenteritis.

B.  Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
1.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus :
1.      Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2.      Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3.      Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4.      Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
C.  Rumusan Masalah.
1.      Bagaimana tinjauan teori dari penyakit Diare ?
2.      Bagaimana Pengkajian dari Penyakit Diare ?
3.      Apa saja Diagnosa Keperawatan pada pasien Diare ?
4.      Bagaimana Intervensi keperawatan pada anak dengan diare ?
D.  Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan Latar belakang masalah,Tujuan  penulisan, Rumusan masalah, Sistematika penulisan, dan Metode penulisan.
BAB II   Tinjauan teori, berisi penjelasan tentang penyakit Diare.
BAB III  berisi Asuhan Keperawatan pada anak dengan diare.
BAB IV  Penutup,yang berisi Kesimpulan dan Saran.
E.  Metode Penulisan.
      Metode penulisan makalah ini adalah studi kepustakaan berdasarkan referensi buku yang berkaitan dengan materi yang diperlukan dalam pembahasan makalah ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Diare
“Gastroenteritis (GE) adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Soegijanto,2002).
“Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. ( Setiadi,2007 )
“Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. ( Juffrie,2010 ).
“Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. ( Simadibrata,2006 )
B.  Klasifikasi Diare.
Menurut  ( Mansjoer, 2000 ), Mengklasifikasikan diare menjadi 4 kelompok yaitu :
1.      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari).
  1. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
  2. Diare Persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
  3. Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare ( diare akut dan persisten ) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
C.     Etiologi Diare
Menurut Soegijanto (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi 
    Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis
Infeksi yang umumnya menyerang antara lain :
            1.      Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Sakmonella Thyposa, Vibrio Cholerae (Kolera),dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.
            2.      Infeksi Virus Rotavirus
   Infeksi rotavirus sangat menular. Cara penularan utama virus ini adalah dari tinja ke mulut anak lain. Hal ini dinamakan rute fecal-oral transmisi. Anak-anak dapat menularkan virus ketika mereka lupa untuk mencuci tangan sebelum makan atau setelah menggunakan toilet. Menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi dengan rotavirus kemudian menyentuh daerah mulut dapat mengakibatkan infeksi. Ada juga telah terjadi kasus rendahnya tingkat rotavirus di pernapasan-saluran sekret dan cairan tubuh lainnya. Karena virus stabil (tetap menular) di lingkungan, penularan dapat terjadi melalui konsumsi air atau makanan yang tercemar dan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Rotavirus dapat bertahan hidup selama berhari-hari di permukaan keras dan kering, dan dapat hidup selama berjam-jam di tangan manusia.
            3.      Infeksi jamur (Candida albicans)
   Candida merupakan jenis jamur yang mirip seperti ragi yang tumbuh di usus, mulut, kulit, dan vagina..  tetapi dalam keadaan tertentu, dapat berkembang biak dan mulai mempengaruhi organ. Penggunaan jangka panjang antibiotik dan kadar gula darah tinggi dapat merupakan satu peningkatan risiko  infeksi ini. Infeksi dapat mempengaruhi organ-organ vital seperti jantung, ginjal dan paru-paru. Infeksi jamur usus dapat menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, diare dan ketidaknyamanan perut. Jika jamur sampai ke otak, kita bahkan bisa menderita kejang.
b. Faktor Malabsorbsi
 Faktor Malabsorbsi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Malabsorbsi Karbohidrat
Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobilus dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam dan sakit di daerah perut. 
2.   Malabsorbsi Lemak
Terjadi bila di dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjdai micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus diare dapat muncul karena lemak tidak diserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah ( Sayuran ) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
D.    Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari diare adalah sebagai berikut :
1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2.   Rasa perih di ulu hati
3.   Mual, kadang-kadang sampai muntah
4.   Nafsu makan berkurang
5.   Rasa lekas kenyang
6.   Perut kembung
7.   Rasa panas di dada dan perut
8.   Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
9.      Diare
10.  Demam
11.  Membran mukosa mulut dan bibir kering
12.  Lemah
( Suryanah, 2000 )
E.  Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor  psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi. ( Sumadibrata,2006 )
F.   Pathway
Fktor mkanan(mkanan basi,beracun,asam,pedas)
Msuk usus halus
Peningkatan tekanan osmotik
Masuk usus halus
Fktor psikologis   (cemas,takut)
Fktor malabsorbsi (lemak,karbohidrat,protein)
Msuk kedlm tubuh
Mkanan tdk terserap vili usus
Susunan saraf otonom
Msuk kedlm tubuh
Rngsangan di hipotalamus
Fktor infeksi    (bakteri,virus)
Menstimulasi dinding usus halus
Prgeseran air dan elektrolit dalam lumen usus
Mnyebabkan infeksi dn krusakan jonjot usus
Peningktan isi(rongga) lumen usus
Malabsorbsi mkanan dn cairan
Hiperperistaltik
Penyerapan makanan,air dan elektrolit terganggu
Diare
Kekurangan volume cairan
Dehidrasi
Pengeluaran substansi nutrient bersama feses
Kehilangan cairan dan elektrolit
Hipoglikemia dan ganguan zat gizi
Sering defekasi
Malnutrisi energy  dan protein
Perubahan nutrisi kurang dri kebutuhan
Pengeluaran asam laktat berlebihan
Iritasi kulit daerah anal
Kerusakan integritas kulit
Gangguan rasa nyaman
Pergerakan usus berlebihan
Ketdaknyamanan abdomen
Frek BAB meningkat
Menurunnya kesempatan usus menyerap makanan
Nutrisi tidak terserap dengan baik
Malnutrisi
Metabolisme menurun
Keletihan
Intoleransi aktivitas
Mual dan muntah
 



G.  Pemeriksaan Penunjang
1.  Pemeriksaan Laboratorium
  a.  Faeces lengkap
·      Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
·      PH dan kadar gula
·      Biakan dan uji resistensi
b.  Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
c.  Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faal ginjal
d.  Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang.
e.  Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.
2.  Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
( Smeltzer,2002 )
H.  Penatalaksanaan
1.  Penatalaksanaaan Medis
·         Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab.
·         Medikasi tertentu ( missal antibiotic, agens, anti inflamasi ) dan anti diare ( missal : loperamida ( Imodium , difenoksilat ( Lomotil ), dapat mengurangi tingkat keparahan diare dan penyakit tersebut.
·         Menambah cairan oral : larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan..
·         Antimokroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau diare tergolong berat.
·         Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat muda atau pasien lansia.
2     Penatalaksanaan Keperawatan
·         Lakukan pengkajian fisik lengkap, beri perhatian khusus pada auskultasi( bising usus karakteristik ), palpasi adanya nyeri tekan pada abdomen, inspeksi feses ( ambil  sample untuk pemeriksaan ).
·         Inspeksi membran mukosa dan kulit untuk mengetahui status hidrasi, dan kaji area perianal.
·         Anjurkan pasien untuk beristirahat, minum cairan, dan makan makanan yang rendah bungkal sampai periode akut reda.
·         Anjurkan diet lembut ( semipadat ke padat ) apabila pasien dapat menoleransi makanan.
·         Anjurkan pasien untuk membatasi asupan kafein dan minuman bersoda, dan tidak mengkonsumsi makanan yang sangat panas atau sangat dingin karena dapat meningkatkan motilitas usus.
·         Sarankan pasien untuk membatasi asupan produk susu, lemak, produk gandum utuh, buah-buahan segar, dan sayuran selama beberapa hari.
·         Berikan obat antidiare sesuai resep.
·         Pantau kadar elektrolit serum secara ketat.
·         Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan perianal secara rutin untuk mengurangi iritasi dan ekskoriasi.
( Nuesalam,2005 )


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

A.    Pengkajian
1.      Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhkan Feces semakin cair, muntah, terjadinya dehidrasi, dan berat badan menurun.
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun dari biasanya, nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak mau makan, nyeri dada, cepat kenyang, nyeri abdomen, mual dan muntah, serta feses yang encer.
3.      Riwayat Kesehatan Terdahulu
Biasanaya klien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol dan obat – obatan seperti OAINS/NSAID, Kortikosteroid, Aspirin. Sering jajan disembarang tempat sehingga kebersihannya tidak terjaga.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
5.      Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a.       Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien sehari-sehari kurang baik.
b.      Pola Nutrisi Metabolik
Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat badan.
c.       Pola Eliminasi
Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.
d.       Pola Latihan dan Aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu keluarga/ orang lain.
e.       Pola Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f.       Pola Persepsi dan Kognitif
Biasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.
g.      Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h.      Pola Peran dan Hubungan
Biasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran klien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).
i.        Pola Seksual – Reproduksi
Biasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi (ex: tidak teraturnya siklus menstruasi).
j.        Pola Koping – Toleransi Stress
Biasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.
k.      Pola Nilai & Kepercayaan
Biasanya klien tidak dapat melaksanakan sholat seperti biasanya Karena posisi klien dalam keadaan tirah baring.
6.      Pemerikasaan fisik.
a.       Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadarancomposmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat
b.      Pemeriksaan sistematik :
·  Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,  berat badan menurun, anus kemerahan.
·    Perkusi : adanya distensi abdomen.
·    Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
·     Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.       Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi  sehingga berat badan menurun.
d.       Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
( Nursalam,2005 )
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
( Doengoes,2001 )

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN.
1.      Dx 1 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria Hasil :
a.       Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ).
b.      Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
c.       Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
a.       Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit.
b.      Pantau intake dan output.
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
c.       Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt.
d.      Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
e.       Kolaborasi : pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K, Ca, BUN).
Rasional : koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
f.       Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
g.      Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
2.      Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan  tindakan perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan  kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a.       Nafsu makan meningkat.
b.      BB meningkat atau normal sesuai umur.

Intervensi :
a.       Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
b.      Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
c.       Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.
d.      Monitor  intake dan out put dalam 24 jam.
Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan.
e.       Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain : terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu, farmakologi : obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan.
f.       Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan.
Rasional : Untuk mengkaji toleransi pemberian makanan.
g.      Anjurkan orang tua untuk pemberian diet yang tepat.
 Rasional : Meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
3.      Diagnosa 3 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekuensi BAB (diare).
Tujuan  : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
a.       Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
b.      Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
a.       Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
Rasional : Kebersihan mencegah perkembangbiakan kuman
b.      Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
c.       Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi.
d.      Jaga daerah anal dan bokong agar tetap bersih.
Rasional : Dengan menjaga kebersihan menvegah perkembangbiakan kuman/bakteri.
e.       Kaji kerusakan kulit/iritasi setiap buang air besar.
Rasional  :  Menentukan intervensi lebih lanjut
f.       Hindari dari pakaian dan pengalas tidur yang lembab.
Rasional  :  mengurangi infeksi secara dini.
g.      Gunakan sabun dengan pH normal setiap setelah BAB
Rasional  :  Menghindari resiko infeksi kulit.
4.      Dx 4 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.       Nyeri dapat berkuran atau hilang.
b.      Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a.       Observasi tanda – tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
b.      Kaji tingkat rasa nyeri.
Rasional : untuk mengetahui tingkatan nyeri.
c.       Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional : untuk mengatur posisi yang nyaman bagi klien.
d.      Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
e.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy analgetik sesuai indikasi.
Rasional : untuk therapi pengobatan.
f.       Ajarkan teknik distraksi relaksasi
Rasional : untuk mengursngi nyeri.
g.      Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi nyeri
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien ataupun keluarga pasien agar mengetahui cara-cara untuk mengatasi atau mengurangi nyeri.
5.      Dx 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kelemahan fisik akan teratasi.
Kriteria Hasil :  
a.       Tanda-tanda vital normal
b.      Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c.       Kelemahan fisik berkurang.
Intervensi :
a.       Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Rasional : untuk membantu klien agar dapat beraktivitas dengan normal
b.      Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.       Berikan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan pasien agar kelemahan fisik bisa diatasi.
d.      Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien.
Rasional : agar jika pasien membutuhkan bantuan keluarga selalu siap di dekat pasien.
e.       Perhatikan intake dan output pasien
Rasional : agar dapat memperhatikan pola makanan pasien sehingga penyebab diare dapat berkurang.
f.       Anjurkan pasien untuk bed rest.
Rasional : dengan bed rest bisa memulihkan keadaan pasien secara perlahan-lahan.
g.      Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien agar berdampak positif untuk kondisinya.
( Ngastiyah,2005 )
BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.  Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah banyaknya
kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian. Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan dan  minuman pada penderita diare yaitu
Jangan dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI, makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman.
B.  SARAN
Dari semua penjelsan diatas dapat kita ketahui bahwa peran orang tua dan perawat sangatlah penting. Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.





DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto.LJ.(2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta
Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief ( 2002 ). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba Medika. Jakarta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba Medika. Jakarta.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.        Soegijanto,Soegeng, (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Pelaksanaan. Salemba Medika, Jakarta.                                                                                                                                     .
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen




Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah aspek legal keperawatan

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Imunisasi Ibu Hamil

Makalah Pemeriksaan Diagnostik Kardiovaskuler