askep Ca Rectum

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tumor  usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif  umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.




B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit CA Rectum.
2.      Tujuan Khusus.
a.       Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
b.      Mahasiswa mampu membuat pathways pada penyakit CA Rectum.


 BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi.
CA rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel – sel epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis yang terjadi pada bagian distal usus besar.
 (J. Elizabeth Corwin, 2009)
Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan poliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
(Soeparman & Waspadji, 2005)
CA rektum adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
(Brunner & Suddarth, 2005)
B.     Etiologi.
Penyebab pasti belum diketahui namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.
1.      Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
2.      Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
3.      Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda. 
4.      Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
5.      Usia diatas 50 : Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 % yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun keatas.
(Smeltzer, Suzanne C , 2005)
C.     Klasifikasi.
Dokter membagi kanker rektum berdasarkan stadium berikut:
a.       Stadium 0.
Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal stadium 0.
b.      Stadium I.
Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh menembus dinding.
c.       Stadium II.
Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan disekitarnya, tapi sel – sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening.
d.      Stadium III.
Kanker telah menyebar ke getah bening disekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
e.       Stadium IV.
Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru – paru.
f.       Kambuh .
Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
(Smeltzer, Suzanne C , 2005)
D.    Manifestasi Klinis.
1.      Perubahan kebiasaan defekasi (merupakan gejala yang paling sering ditunjukkan), keluar darah bersama dengan feses (merupakan gejala yang paling sering).
2.      Anemia, anoreksia, penurunan berat badan, dan kelelahan.
3.      Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan melena.
4.      Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram, feses mengecil, konstipasi dan distensi, darah merah segar dalam feses.
5.      Lesi rektal : tenesmus (nyeri rectal, merasakan evakuasi tidak lampias setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian.
(Brunner & Suddarth, 2005)


E.     Patofisiologi.
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di colon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker.
Dimulai dari faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencakup diet tinggi lemak dan rendah serat, yang menyebabkan kanker kolon dan rektum terutama (95%) adekarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebagai polip jinak tetapi menjadi ganas dan menyusup serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer kebagian tubuh yang lain (paling sering kehati).
Tumor – tumor pada recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik, atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal di bagi 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun – tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut perlahan – lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.
(Jan Tambayong, 2005)


F.      Pathways.

 

G.    Pemeriksaan Penunjang.
a.       Dengan “RECTAL – TOUCHER” biasanya diketahui :
1)      Tonus sfingterani keras atau lembek.
2)      Mukosa kasar, kaku biasanya tidak dapat digeser
3)      Ampula rektum kolaps atau kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba ataupun tidak
b.      Foto sinar X pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
c.       Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA). Pemeriksaan CEA dapat dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
d.      Tes – tes Khusus
1)      Proktosigmoidoskopi. Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak dibawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
2)      Sistoskopi. Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
e.       Tes darah samar pada feses / kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT). Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikiy dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes – tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
f.       Sigmoidoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
g.      Kolonoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
h.      Enema barium kontras ganda (Double – contrast barium enema). Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidakabnormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
i.        Pemeriksaan rektal secara digital. Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian pemeriksaan (check – up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi kedalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
(Brunner & Suddarth, 2005)
H.    Penatalaksaan.
a.       Penatalaksanaan Medis.
Satu – satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan utamanya memperlancar saluran cerna. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah :
1)      Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
2)      Reseksi abdominoperineal dengan kolosti sigmoid permanene (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal).
3)      Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosisi lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekomperasi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi).
4)      Kolostomi permanen (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi). (Brunner & suddarth, 2005)
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung / terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan imunoterapi (Brunner & Suddart, 2005).
Obat sitostatika diberikan bila :
a)      Inoperabel
b)      Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah :
1)      Fluoro – Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut – turut. Pemberian berikutnya pada hari ke- 36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus
2)      Futraful 3 – 4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3)      Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
4)      Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah. Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak memberikan hasil yang memuaskan.
b.      Penatalaksanaan Keperawatan.
1.      Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.      Meningkatkan kenyamanan pada pasien.
3.      Mempertahankan fungsi fisiologis optimal pada pasien.
4.      Mencegah komplikasi.
5.      Memberikan informasi mengenai proses atau kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
(Bruuner & Suddarth, 2005)
 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian.
1.      Pengkajian Dasar.
a.       Anamnesa.
1)      Identitas pasien.
2)      Identitas penanggung jawab pasien.
b.      Keluhan utama.
Keluhan yang dirasakan pasien paling berat. Apabila nyeri kaji dengan P Q R S T.
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu.
Memiliki riwayat merokok, minum alkohol, masalah Tekanan Darah, perdarahan pada rektal, perubahan anus.
d.      Riwayat Kesehatan Sekarang.
Riwayat penyakit keluarga adanya riwayat kanker.
2.      Fokus Pengkajian.
a.       Aktivitas / istirahat.
Gejala :
1)      Kelemahan atau keletihan.
2)      Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor – faktor yang mempengaruhi tidur.
b.      Sirkulasi.
Gejala :
1)      Palpitasi, nyeri dada pada pergerajan kerja.
2)      Perubahan pada Tekanan Darah.
c.       Integritas Ego.
Gejala :
1)      Faktor stress dan cara mengatasi stress.
2)      Masalah tentang perubahan dalam penampilan.
3)      Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya.
Tanda :
Menyangkal, menarik diri, marah.
d.      Eliminasi.
Gejala :
1)      Perubahan pada pola defekasi.
2)      Perubahan eliminasi.
Tanda :
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e.       Makanan / cairan.
Gejala :
1)      Kebiasaan diit buruk.
2)      Anoreksia.
3)      Intoleransi aktivitas.
4)      Perubahan pada berat badan.
Tanda :
Perubahan pada kelembapan atau turgor kulit, edema.
f.       Neurosensorik.
Gejala :
Pusing, sinkope.
g.      Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi.
h.      Pernapasan.
Gejala :
Merokok.
i.        Keamanan.
Gejala :
1)      Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
2)      Pemajanan matahari lama.
Tanda :
1)      Demam.
2)      Ruam kulit, ulserasi
j.        Seksualitas.
Gejala :
1)      Masalah seksual.
2)      Pasangan seks multiple.
k.      Interaksi sosial.
Gejala :
1)      Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung.
2)      Riwayat perkawinan.
l.        Penyuluhan / pembelajaran.
1)      Riwayat kanker pada keluarga.
2)      Riwayat pengobatan.
(doengoes, 2004)
B.     Diagnosa Keperawatan.
Pre operasi.
1.      Nyeri berhubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
2.      Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik akibat kanker.
Post operasi.
1.      Nyeri berhubungan dengan luka insisi pembedahan.
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka akibat pembedahan.
3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
(Capernito, 2000)
C.     Intervensi Keperawatan.
Pre operasi.
1.      Nyeri berhubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh pasien hilang atau tidak dirasakan lagi.
Kriteria Hasil :
-          Nyeri berkurang.
Intervensi :
a.       Kaji tingkat nyeri.
Rasional : untuk mengetahui seberapa dalam skala atau tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
b.      Berikan tekhnik distraksi dan relaksasi.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pasien.
c.       Berikan lingkungan yang nyaman pada klien.
Rasional : untuk memberikan ketenangan pada pasien.
d.      Kolaborasi dengan memberikan obat analgetik sesuai prosedur medis.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien.
2.      Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat informasi yang diperlukan dan dapat mengembalikan kepercayaan diri seperti semula.
Kriteria hasil :
a.       Klien tampak rileks,
b.      Klien tampak tenang.
Intervensi :
1)      Kaji klien atau orang terdekat terhadap kecemasan yang dialami.
Rasional : untuk mengetahui keadaan psikologis klien.
2)      Perkirakan syok awal dan ketidakyakinan setelah diagnosis kanker atau prosedur yang menimbulkan trauma. Diskusikan informasi yang diperlukan klien.
Rasional : untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan klien.
3)      Dorong pengungkapan pikiran / masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah, dan penolakan.
Rasional : untuk meyakinkan kembali pikiran – pikiran yang tidak benar oleh klien atau keluarga klien.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik akibat kanker.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat badan pasien kembali stabil.
Kriteria hasil :
a.       Berat badan kembali stabil atau normal.
b.      Nafsu makan bertambah.
Intervensi :
1)      Pantau masukan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : untuk mengetahui asupan nutrisi klien.
2)      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering / lebih sedikit dibagi – bagi selama sehari.
Rasional : untuk mempertahan nutrisi pasien yang adekuat.

3)      Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
Rasional : untuk memberi motivasi makan pasien.
4)      Dorong pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga atau teman.
Rasional : untuk membuat nafsu makan bertambah.
5)      Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
Rasional : untuk mudah berkomunikasi terhadap tenaga kesehatan.
Post Operasi.
1.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
-          Skala nyeri berkurang.
-          Keadaan pasien tampak tenang.
Intervensi :
a.       Kaji tingkat nyeri.
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri pasien.
b.      Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : untuk memberi kenyamanan pada pasien.
c.       Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
d.      Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri.
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat pembedahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami infeksi akibat mikroorganisme lalui pembedahan.
Kriteria hasil :
-          Klien tidak mengalami resiko infeksi.
Intervensi :
a.       Observasi tanda – tanda infeksi.
Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda infeksi klien.
b.      Gunakan tekhnik septik dalam setiap tindakan keperawatan terhadap luka pembedahan.
Rasional : untuk menghindari masuknya kuman mikroorganisme ke luka pasien.
c.       Tekankan higiene personal.
Rasional : untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri ke luka pasien.
3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan defisit keperawatan diri pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
-          Pasien dapat melakukan defisit perawatan diri misalnya kuku dan kulit pasien tidak kotor.
Intervensi :
a.       Ajarkan pada keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien seperti mandi dan makan.
Rasional : untuk melatih kemandirian pasien.
b.      Bantu perawatan diri / personal hygiene klien seperti perawatan kuku, rambut dan kulit.
Rasional : untuk mencegah penyakit lainnya masuk dalam tubuh klien.
4.      Hospitalisasi berhubungan dengan kecemasan dirawat di rumah sakit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hospitalisasi klien kembali dalam keadaan tenang.
Kriteria Hasil :
-          Pasien dapat kembali dalam keadaan tenang dan siap menerima perawatan selama di rumah sakit.
Intervensi :
a.       Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi klien.
b.      Kaji kecemasan klien.
Rasional : untuk mengetahui kecemasan klien.
c.       Berikan pendidikan kesehatan mengenai lingkungan di rumah sakit dan tentang prognosis penyakit yang dialami klien.
Rasional : untuk mengurangi rasa kecemasan klien.

(Doengoes, 2004)
 BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan.
CA rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel – sel epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis yang terjadi pada bagian distal usus besar.
Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan poliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
Penyebab pasti belum diketahui namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti yaitu di usus (Colorectal polyps), Riwayat kanker pribadi, Riwayat kanker colorectal , Faktor gaya hidup, Usia diatas 50
B.     Saran.
Berdasarkan hasil penyusunan makalah ini, maka dapat dibuat saran sebagai berikut :
Penulis berharap akademik dapat menyediakan sumber buku dengan tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan makalah ini  dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan terutama dengan pembuatan asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori.
Bagi perawat supaya dapat meningkatkan mutu pelayanan, lebih ramah lagi terhadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.
Dan didalam masalah CA Recti, sebaiknya terlebih dahulu mencegah faktor pencetus seperti asap rokok, polusi udara dan lain-lain agar tidak terkena CA recti. Karena mengingat penderita akan mengalami sakit yang berkepanjangan dan hal ini sangat merugikan penderita.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2005.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Capernito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC
Corwin, J. Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC
Doengoes, Marillyn.2004.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Soeparman & Waspadji.2005.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FKUI
Tambayong, Jan.2005.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC


Komentar

  1. Herpes labialis atau cold sores yakni bengkak yg di tandai dgn timbulnya ketimbis yg disertai bersama rasa nyeri buat narasi atau bidang lain awal ucapan, di sebabkan oleh virus Herpes Simplex kategori 1 ( HSV-1).

    komando dan pertanda Herpes Labialis :

    rata-rata unjuk pada 4 step, adalah :

    step 1 : ada rasa geli, gatal atau sensasi terbakar di kurang lebih firman atau belalai tatkala 1-2 hri. Ada yg disertai demam serta pembengkakan kelenjar getah bersih di leher dan ada yg tidak.

    step 2 : unjuk titik-titik berkualitas air, dekat wujud satu atau bersinambung seperti tandan, amat sering disertai rasa nyeri.

    step 3 : titik-titik berkualitas air bakal tamam menempa timbil yg basah. terhadap step ini virus bakal gampang sekali merambat buat orang.

    step 4 : bisul sejak mulai mengering dan sembuh.

    umumnya awal munculnya step 1 hingga step 4 butuh ketika selagi 2-3 minggu.

    diwaktu persoalan ini sehat, virus Herpes simplex tidaklah penyap malahan mengendap di sel-sel saraf, menjauh bersumber system daya tahan, maka kepada keadaan tertentu virus ini bisa unjuk sedang ke tekstur kulit dan menjelmakan bengkak ulang.

    nanah ujian umumnya dipicu oleh :

    - Sengatan surya buat bibir
    - Demam
    - Flu/pilek
    - iklim dingin
    - Alergi makanan
    - luka di mulut
    - Pengobatan gigi
    - Stress
    - terlampaui lelah

    bagi sebahagian agung pasien, abses kuis Herpes Simplex tipe-1 kemungkinan cuma memunculkan singkat kesukaran nyeri, melainkan faktor ini sanggup berakibat fatal kepada :

    - pasien kelainan system daya tahan contohnya( AIDS)
    - pesakit yg menjalani kemoterapi
    - pesakit yg menjalani terapi penyinaran
    - pesakit yg menjalani pencangkokan sumsum tulang.

    terhadap beberapa orang termuat, ketimbis terungkap di perkataan yg bertakaran agung dapat menggelisahi makan dan penyebaran virus ke otak mampu berakibat fatal.

    Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang

    Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini

    hubungi Dokter | Chatting gratis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah aspek legal keperawatan

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Imunisasi Ibu Hamil

Makalah Pemeriksaan Diagnostik Kardiovaskuler